REVIEW BUKU KASTIL ES & AIR MANCUR YANG BERDANSA
gambar header
|
Judul
|
:
|
Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa
|
Anak Judul
|
:
|
Sebuah novel
|
|
Penulis
|
:
|
Prisca Primasari
|
|
Penerbit
|
:
|
Gagas Media
|
|
Terbit
|
:
|
2012
|
|
Halaman
Sinopsis |
:
: |
vii + 291
|
|
Vinter
Seperti udara di musim dingin, kau begitu gelap, murah, dan sedih. Namun,
pada saat bersamaan, penuh cinta
berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang berdansa diembus angin…
Florence
Layaknya cuaca pada musim semi, kau begitu tenang, cerah, dan
bahagia. Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga. Bagaikan bebungaan
di Paris yang terlambat berseri…
|
Novel ini mengisahkan seorang wanita yang kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan. Florence namanya. Dia memutuskan menaiki kereta ke Honfleur. Di perjalanan itulah dia bertemu seorang pria bernama Vinter yang memberinya tas. Awalnya tas itu Vinter siapkan untuk hadiah, tapi mengetahui tas Florence rusak, dia memberinya cuma-cuma.
Perbincangan terus berlanjut selama perjalanan. Ternyata Vinter sedang mengalami kesulitan karena kelompok seniman yang sudah dipesannya untuk tampil di rumah temannya mendadak membatalkan pertunjukan mereka. Florence berpikir, dia bisa menggantikan mereka. Florence menguasai banyak seni, dari membaca puisi, bermain drama, melukis sampai bermain musik. Dia berharap, bantuannya itu bisa membayar tas yang diberikan Vinter kepadanya.
Akhirnya Vinter setuju dan membawa Florence ke tempat temannya. Dia dipanggil Zima, walau sebenarnya itu bukan nama aslinya dan dia tidak pernah ingin menyebutkan nama aslinya. Dia menyebut dirinya sesuai dengan nama musim, dan dia sangat menyukai pertunjukan seni.
Florence harus menunjukkan segala kemampuan seninya, karena ternyata Zima bukan lah orang yang mudah dipuaskan. Jika Zima merasa Florence tidak cukup baik, Vinter tidak akan mendapat bayaran.
Kebersamaan Florence dengan Vinter yang sangat singkat itu membekas di dalam hatinya. Ada sesuatu yang membuat keduanya enggan saling meninggalkan. Namun, Vinter sudah memiliki seseorang yang menunggunya. Sementara, Florence memutuskan untuk pulang, menghadapi perjodohannya.
***
Novel ini dikisahkan begitu romantis. Kemampuan Prisca Primasari dalam merangkai kata memang tidak diragukan lagi.
Selain gaya penulisannya yang elegan, caranya mendeskripsikan latar tempat juga menjadi nilai lebih. Saat membacanya, aku seakan bisa melihat langsung detail tempat, seni, dan semua yang dideskripsikan penulis. Selain itu, setiap tokoh yang ada dalam novel ini juga kuat dengan penggambaran karakternya masing-masing.
Siapa pun yang membaca novel ini, pasti akan mengidolakan sosok Vinter yang terlihat dingin dan misterius di awal, namun hangat dan rapuh begitu dikenal lebih dekat. Tapi, aku sendiri lebih mengidolakan sosok Zima. Walau dia diceritakan sangat kasar, tegas, dan egois, bagiku dia sosok yang kuat dan sangat menghargai segala hal yang ada dalam hidupnya.
Karena bukan Zima yang menjadi pemeran utama dalam kisah ini, melainkan Florence dan Vinter, maka cerita lebih fokus pada keduanya.
Awalnya aku pikir akan bosan di tengah jalan dan berhenti membacanya walau belum tamat. Karena, aku sudah bisa menduga akan bagaimana kisah mereka diselesaikan. Tapi ternyata, aku tersihir oleh setiap diksi yang dipilih penulis, sehingga tetap menikmati novel setebal 291 halaman ini hingga akhir.
Untukku yang belum punya banyak daftar bacaan, aku akan memberikan bintang 3,5 dari 5 bintang. Jadi, kalian yang sebelumnya tidak terlalu sering membaca novel, khususnya novel romantis, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca sebagai permulaan agar selanjutnya menjadikan buku sebagai teman hiburan.
Komentar
Posting Komentar