REVIEW BUKU FILOSOFI TERAS
|
Judul
|
:
|
Filosofi Teras
|
Anak
Judul
|
:
|
Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
|
|
Penulis
|
:
|
Henry Manampiring
|
|
Penerbit
|
:
|
Penerbit Buku Kompas
|
|
Terbit
|
:
|
27 November 2018
|
|
Halaman
|
:
|
xxiv + 320 halaman
|
|
Sinopsis
|
:
|
||
Lebih dari 2000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turun nya kehidupan.
Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
|
***
Penulis menciptakan buku ini didasarkan atas kesadarannya bahwa dia merasa bukan hanya dia yang selalu merasa cemas, khawatir, dan depresi tentang berbagai hal. Dia menceritakan bahwa dia sempat berobat ke pskiater dan didiagnosis mengalami Major Depressive Disorder. Hal yang membuatnya depresi adalah kebiasaan alam bawah sadarnya yang selalu mendahulukan pemikiran negatif untuk bekerja saat menghadapi segala persoalan. Obat-obatan yang didapatnya selama masa terapi mampu menolongnya. Tapi, tidak secepat saat mengaplikasikan pemikiran Filsafat Stoa atau Filsafat Teras ini dalam kehidupan sehari-hari.
Mulanya...
Suatu ketika, dia menemukan buku yang membahas Filsafat Stoa. Baginya, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan filsuf pencipta pemikiran ini sangat bagus. Dia kagum dan mulai mempelajari sambil mempraktekannya. Hingga akhirnya, kondisinya semakin membaik dan pikiran-pikiran negatif yang dulu bersarang diotaknya mulai memudar.
Sadar bahwa saat ini banyak orang yang merasa khawatir dan cemas akan berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya, dia berpikir bahwa Filsafat Stoa ini akan sangat membantu masyarakat. Akhirnya dia menulis buku ini, dimulai dengan melakukan "Survey Khawatir Nasional" yang disebarnya secara online.
Tentang Buku
Buku ini terbagi ke dalam dua belas bab ditambah epilog sebagai bagian akhir. Sebelum mulai membaca bab satu, pengantar dari Dr. A. Setyo Wibowo dan pengantar dari penulis wajib dibaca. Karena, pengantar inilah yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami maksud dari kedua belas bab yang dipaparkan buku ini.
Daftar isi buku Filosofi Teras (sumber: dok. pribadi) |
Walau terdiri dari dua belas bab, buku ini bisa dirangkum dengan singkat. Karena pada dasarnya, pesan yang terkandung dalam buku ini adalah tiga pokok pikiran ajaran Stoa, yaitu:
- Pembedaan antara apa yang up to us (tergantung pada kita) dan not up to us (tidak tergantung pada kita;
- Soal baik atau buruk itu tergantung dari cara jiwa kita menafsirkannya; dan
- Segala situasi hidup yang menimpa kita bersifat indifferent (netral saja).
Namun, setiap pokok pikiran dijabarkan oleh penulis secara mendetail dengan ditambahkan studi kasus dan hikmah dari setiap kasus yang dijadikan analogi tersebut.
Hal yang aku sukai dari buku ini adalah cara penulis menuturkan pemikirannya. Sehingga, ajaran Filsafat yang dipandang sulit pun jadi sangat mudah dipahami. Penulis juga sering menggunakan diksi yang kekinian agar santai dan mudah dipahami para pembaca yang menjadi sasarannya: Generasi Milenial dan Generasi Z. Namun, karena banyak pengulangan ide, jadi lebih mudah bosan membacanya. Walau dituturkan berbeda dalam setiap babnya, inti pemikirannya tetap sama. Saat membaca tulisan yang pokok pikirannya hampir sama dengan pokok pikiran di halaman-halaman sebelumnya, aku cenderung membaca skimming atau bahkan melewatinya.
Selain banyak pengulangan ide, hal yang kurang aku suka dari buku ini adalah sesi wawancara. Sejak awal, buku ini memang dipromosikan memuat banyak wawancara dengan para pakar. Sayangnya, hasil wawancara seperti tidak diolah lagi. Penulis langsung menempelkan pertanyaan dan jawaban dari hasil wawancaranya. Sehingga, saat membaca bagian ini, informasi yang diterima seakan terputus-putus. Namun, bagaimana pun juga aku tetap bisa belajar banyak hal dari buku ini.
Kesimpulan
Untuk kalian yang berharap bisa berhenti berpikir negatif, mengkhawatirkan banyak hal, baper, galau, depresi, dsb. lewat buku ini, kalian sebaiknya jangan berharap banyak. Ya, buku ini memang bagus dan bisa mencuci otak kita lewat pemikiran-pemikirannya yang luar biasa tentang memandang kehidupan. Tapi, jika hatimu tidak cukup kuat untuk merubah diri menjadi lebih baik, bagaimana bisa sebuah buku memberikan dampak besar terhadap perubahan yang kamu harapkan?
Jadi, jika kamu berkesempatan membaca buku ini, akan lebih baik kamu mengambil waktu sejenak untuk merenungkan nasehat-nasehat yang disampaikan buku ini setelah kamu selesai membacanya. Lalu, pikirkan bagian mana dari hidupmu yang harus kamu perbaiki berdasarkan ajaran Filsafat Stoa/Teras ini.
Selamat membaca dan berefleksi!
Komentar
Posting Komentar