IKUT WRITINGTHON BERKALI-KALI, TAPI NGGAK PERNAH MENANG? COBA PERHATIKAN CARAMU MENULIS DAFTAR PUSTAKA!



HELLO! Sejak minggu lalu, aku penasaran dengan tulisan-tulisan peserta Writingthon Jelajah Kota Garut. Aku memang bukan juri, jadi bukan tanggung jawabku untuk mengkurasi tulisan para pendaftar. Tapi, aku memiliki akses ke seluruh tautan karya yang dikirim peserta. Karena, aku bertugas mengumpulkan dan merapihkan data-data peserta sebelum data itu dikirim ke juri untuk dinilai. Yap! Aku salah satu panitia kegiatan tersebut.

Writingthon adalah akronim dari Writing Marathon. Kegiatan ini pertama kali digelar oleh Bitread di Puspiptek pada 2017. Sebenarnya Writingthon merupakan kompetisi menulis. Tapi, yang membuatnya istimewa adalah para pemenang atau peserta terpilih harus mengikuti karantina. Pemenangnya sendiri terdiri dari banyak orang. Bahkan, pada Writingthon Asian Games 2018, sebanyak 68 orang menjadi pemenang. Walau sebenarnya, pendaftarnya jauh lebih banyak lagi, yaitu lebih dari 2.000 orang.

Saat karantina nanti, peserta diberi tugas untuk menyelesaikan sebuah projek bernama tantangan literasi, yaitu membuat tulisan mengenai tema yang telah ditentukan. Tulisan itu harus selesai saat karantina selesai, walau nantinya masih bisa diperbaiki saat masa pendampingan sebelum tulisannya dicetak menjadi buku.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karena jumlah pendaftar sangat banyak, para juri ditutut memberikan penilaian dengan cepat. Sehingga, jika pada awal-awal paragraf saja tulisanmu kurang menarik, mana mungkin diloloskan?

Selain gaya tulisan, yang terpenting dari seluruh kompetisi menulis adalah orisinalitas. Percuma saja gaya bahasa yang digunakan mampu memukau juri, jika ternyata hasil plagiat. Otomatis didiskualifikasi.

Plagiasi erat kaitannya dengan aturan sitasi. Semua karya tulis yang tidak mencantumkan sumber referensi akan dikategorikan sebagai tindakan plagiarisme. Kecuali, penulis memang tidak membaca atau menggunakan referensi saat membuat tulisannya. Misalnya saat menuliskan opini yang murni berisi sudut pandang si penulis. Namun, tulisan yang mengulas tentang fakta dan data pasti menggunakan bacaan lain sebagai referensi. Sederhananya, bagaimana mungkin seseorang mengulas kejadian bersejarah puluhan tahun lalu sebelum dia dilahirkan tanpa membaca bahan referensi sebelumnya?

Banyak dari peserta yang bahkan berada di lingkungan akademis masih salah menuliskan daftar referensinya. Padahal, cara menyadur ini pernah dipelajari saat SMA dulu. Mengingat kembali aturan penulisan daftar pustaka pasti akan sangat membantu. Lebih baik lagi jika langsung mencari tahu dan mulai menerapkannya.

Tentang Sitasi (Kriteria Penulisan Daftar Pustaka)

Mengacu pada Sophia (2002), sitasi berarti menunjukkan asal-usul atau sumber suatu kutipan, mengutip pernyataan, atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain.

Pernyataan di atas, "sitasi ... lain", adalah kalimat yang digunakan Sulastuti Sophia untuk menjelaskan Sitasi. Kalimat itu tercantum dalam Petunjuk Teknis No. 25 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan judul Petunjuk Sitasi Serta Cantuman Daftar Pustaka Bahan Pustaka Online yang ditulis pada 2002.

Untuk menunjukkan kalimat tersebut merupakan pernyataan Sulastuti Sophia dalam sebuah paragfar, maka perlu menulis nama belakang penulis dan tahun terbitnya tulisan. Cara untuk menuliskannya adalah sebagai berikut:
1. Menurut Sophia (2002), ...
2. Sitasi merupakan ... (Sophia, 2002)
Jika menambahkan informasi mengenai halaman pernyataan itu terletak, maka formatnya akan menjadi sebagai berikut:
Sophia (2002: 7) dan (Sophia, 2002: 7) atau (Sophia, 2002, p.7) atau (Sophia, 2002, hal.7)  atau (Sophia, 2002, hlm.7).
Informasi lebih lanjut mengenai hal ini bisa dicari dengan kata kunci seperti sitasi dan kutipan.

Selanjutnya, meski sudah tercantum dalam paragraf, perlu mencantumkannya kembali pada daftar pustaka atau daftar referensi yang biasa dimuat pada bagian akhir sebuah tulisan. Aturan penulisannya sendiri sangat beragam. Ada APA Style, Harvard Style, Chicago, dan sebagainya. Penulis bebas menggunakan aturan yang mana pun, namun terkadang perlu disesuaikan dengan instansi yang akan menerima tulisan tersebut atau bidang ilmunya. Misalnya, APA Style adalah format sitasi wajib bagi tulisan-tulisan psikologi.

Karena berbagai keterbatasan, tidak mungkin membahas semua format penulisan sitasi. Maka, sebagai contoh, aku akan menuliskan tulisan Sophia (2002) dalam format Chicago

Sophia, S. "Petunjuk Sitasi Serta Cantuman Daftar Pustaka Bahan Pustaka Online." Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 25 (2002). Diakses 26 Oktober 2019. http://psdg.bgl.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/Juknis25.pdf

Catatan: 
  1. Sophia, S = Sulastuti Sopia (nama dibalik, dipisah dengan koma, dan nama depan hanya ditulis huruf pertama saja),
  2. "Petunjuk Sitasi Serta Cantuman Daftar Pustaka Bahan Pustaka Online." = Judul (diapit dalam tanda petik),
  3. Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 25 (2002) = Nama, Vol, No, dan Tahun Jurnal: hal-hal (ditulis miring. Seharusnya ada halamannya. Namun dokumennya sendiri tidak memuat halaman. Selain itu, sebenarnya tulisan Sophia ini buka jurnal, tapi juknis. Namun sebagai contoh, kita anggap saja ini sebagai jurnal.),
  4. Diakses 26 Oktober 2019 = cantumkan tanggal akses, dan
  5. http://psdg.bgl.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/Juknis25.pdf = cantumkan juga tautannya.
Informasi lengkap mengenai analisis sitiran atau sitasi ini bisa ditemukan di berbagai sumber yang tersebar di internet. Aku pribadi lebih sering menggunakan: https://pitt.libguides.com/citationhelp/chicago

Kesimpulan

Aturan-aturan sitasi memang tidak perlu dihafalkan. Agar terhindar dari perilaku plagiarisme, kita bisa menerapkan aturan ini sembari melihat contoh-contoh yang tersebar di internet. Lambat laun, karena sering menerapkannya, pasti akan terbiasa sendiri dengan format dan aturan-aturan penulisannya tersebut.

Jadi, jangan lagi menulis daftar pustaka/daftar referensi/daftar rujukan dengan asal, seperti berikut:

Contoh penulisan daftar referensi yang salah.











Komentar

Postingan Populer